Kamis, 23 Maret 2017

Tembang Sunda Cianjuran

 Tembang Sunda Cianjuran

Musik Cinajuran ada lah musik seniman yang secara musikalitas terdiri atas perpaduan dua bentuk unsur seni, yakni sekar (vokal) dan gending (instrumental). 
Tak heran, jika tembang Sunda Cianjuran diklasifikasikan ke dalam bentuk sajian sekar gending.[1] Sekar dibangun suara penembang, dan gending dibangun bunyi tabuhan kacapi indung, suling, rincik, dan atau rebab, sehingga menjadi satu kesatuan utuh yang saling melengkapi ketika sajian tembang Sunda Musik Cianjuran berlangsung.
Tembang Sunda Cianjuran ini di tempat kelahirannya, yaitu di Cianjur,
pada mulanya dikenal dengan sebutan Tembang Pajajaran (Su’eb, 1997:28).
Penamaan ini terjadi ketika R.A.A. Kusumaningrat menjadi bupati Cianjur (1834-1864). Beliau berserta nayaga lebet menciptakan lagu-lagu yang diolah dari seni pantun menjadi dua kelompok lagu yang kini dikenal sebagai wanda papantunan dan jejemplangan (Nugraha, 2010:107-109).
Teks lagu-lagu yang dibawakan sama dengan teks cerita pantun, bertemakan seputar kerajaan Pajajaran.
Tak heran jika kesenian yang baru muncul tersebut dikenal dengan sebutan Tembang Pajajaran,
karena seluruh teks lagu menceritakan tokoh, situasi, dan kondisi di zaman kerajaan Pajajaran.
Penyebutan seni Tembang Pajajaran berganti menjadi seni mamaos setelah Bupati Prawiradiredja II (1864-1910) menggantikan ayahnya menjadi Bupati Cianjur (Wiratmadja, 1996:125).
Pada masa itu, repertoar lagu Tembang Pajajaran semakin kaya dengan lahirnya lagu-lagu yang diolah dari seni degung (wanda dedegungan), tembang rancag (wanda rarancagan),
 dan kakawen wayang golek (wanda kakawen).

INI ADALAH CONTOH TEMBANG SUNDA CIANJURAN
       Yang sangat membuat kita Rilek selamat mendengar dan


                                                                   



Teks yang dibawakan tidak lagi menceritakan kerajaan Pajajaran, bertambah dengan tema percintaan,
hubungan dengan Tuhan, alam, dan lingkungan. Pemilihan istilah mamaos di masa itu,
dipandang mewakili tema kelompok lagu yang ada. Secara etimologi mamaos berasal dari  kata maos, atau kata lain dari maca (membaca). Kata maca (membaca) menjadi maos mengandung arti bahwa banyak yang harus dibaca, Dan tidak hanya membaca tulisan saja (Natamihardja, 2009:56).
Dengan begitu, pemilihan nama mamaos untuk mengganti nama Tembang Pajajaran didasari pemahaman dan kenyataan yang terjadi pada perkembangan seni Tembang Pajajaran, di mana lirik yang dibawakan tidak lagi berorientasi ‘membaca’ ke masa silam (mamaos ka tukang ka jaman Pajajaran),
tetapi juga membaca ‘mamaos’ ka diri sorangan (membaca diri sendiri), mamaos ka satungkebing alam (membaca alam), mamaos jeung Gusti Allah (hubungan dengan sang pencipta), dan ‘membaca’ sesama manusia (Hablumminannas).[2]
Sampai saat ini, penyebutan mamaos terhadap kesenian ini masih kental  di kalangan seniman Cianjur. Walaupun masyarakat pada umumnya lebih mengenal kesenian ini dengan sebutan tembang Sunda Cianjuran. Istilah Tembang Cianjuran mulai digunakan setelah diadakannya Seminar Tembang Sunda pada tahun 1976 yang diikuti oleh para tokoh, baik dari kalangan seniman, budayawan, maupun masyarakat. Secara harfiah tembang Sunda Cianjuran dapat diartikan sebagai ”seni tembang gaya Cianjur”.
Walaupun istilah tembang Sunda Cianjuran sudah cukup memasyarakat,
tetapi tidak sedikit para seniman tembang Sunda Cianjuran yang menyebut kesenian ini dengan istilah Tembang Sunda Cianjur

Terima kasih sudah membaca Blogger saya tentang Tembang Sunda Cinajuran dari saya

Rabu, 22 Maret 2017

Sejarah Kidung Sunda

Sejarah Kidung Sunda
Dalam kitab Kidung Sunda juga dijelaskan ada utusan dari Majapahit ke kerajaan Sunda Galuh, yang diceritakan dan diterangkan membawa maksud dari raja Hayam Wuruk untuk melamar puteri kerajaan. Analisa yang mungkin untuk kejadian atau saat peristiwa datangnya utusan dari Majapahit, adalah bahwa utusan kerajaan
Majapahit itu sebenarnya utusan kerajaan untuk meminta raja Sunda Galuh untuk tunduk dan takluk dibawah kerajaan Majapahit, pola utusan-utusan seperti itu hal biasa kalau salah satu kerajaan punya keinginan untuk menaklukan kerajaan yang lainnya,
semacam peringatan tidak menyerang tiba-tiba tanpa alasan. Pada akhirnya kalau diterima berarti kedua belah pihak berdamai dengan syarat-syarat ditentukan bersama, kalau sebaliknya kedua belah pihak harus sudah mempersiapkan diri untuk memulai peperangan.

Seandainya perang itu sudah diniatkan oleh Raja Sunda Galuh, pertanyaannya adalah mengapa pramesuri dan putri keraton ikut serta.
Hal ini mudah dijawab, karena asumsinya perjalanan panjang, sebuah rencana operasi militer dari tanah sunda Kidung Sunda ke Majapahit setidaknya memerlukan waktu yang lama. Pastinya ada kapal-kapal utama yang nyaman untuk mereka,
dikapal-kapal besar sudah tentunya bisa untuk anggota keluarga kerajaan melakukan kegiatan yang tidak terganggu oleh kondisi perjalan perang dari prajurit-prajuritnya yang lain, bisa dibuat senyaman mungkin.

Keikutsertaan mereka dalam perjalanan pertempuran adalah hal biasa, seperti halnya pasukan Mongol yang melakukan perjalanan panjang (long march) ke negara lain, mereka sering membawa serta keluarganya, sekaligus mereka bisa dimanfaatkan dalam persiapan upacara keagamaan sebelum memulai peperangan dan lain sebagainya. Dalam waktu-waktu tertentu bisa jadi untuk motifator bagi pasukan dan sang raja, menambah semangat tempur prajuritnya.

Jumlah sekitar 2000 buah kapal adalah kemegahan yang sangat luar bisa, masuk akal bagi kerajaan Sunda Galuh.
 yang hidup makmur dan besar secara luas wilayah kekuasaannya, ingin menunjukan superioritas perekonomian dan kemampuan dana mereka. Pasukan besar yang dipimpin raja Sunda Galuh itu merupakan hal wajar, gabungan dari koloninya, daerah-daerah kerajaan bawahan kekuasan kerajaan Sunda Galuh pada waktu itu. Jumlah itu merupakan jumlah pasukan tentara gabungan dan pasti ada keyakinan dari mereka dapat mengalahkan pasukan tentara kerajaan Majapahit yang kemungkinan sebagian besar pasukanya masih melakukan ekspedisi atau invasi keluar wilayah ke negara atau kerajaan lainya.sekian dari saya tentang sejarah

Terima kasih sudah membaca Blog saya tentang Sejarah Kidung Sunda dasi saya....

Sejarah Sinden

Sejarah Sinden  

Sejarah Sinden adalah sebutan bagi para wanita bernyanyi lagu sunda .Dari kacamata seni, sinden bukanlah vokalis, yakni orang yang bernyanyi, diiringi instrumen musik sunda Vokalis juga menjadi pusat perhatian karena tema dan pesan utama tertampung dalam balutan lirik-lirik lagu yang dia bawakan. Dengan demikian, vokalis menjadi acuan dalam sebuah pertunjukan musik.
Adapun sinden (kebanyakan wanita) mempunyai kedudukan setara instrumen (dalam konteks ini gamelan), tidak mencoba diiringi ataupun mengiringi. Dari kacamata musik, sinden dianggap sebagai satu kesatuan instrumen gamelan. Agar terwujud rasa ideal gending maka semua instrumen harus bersinergi, 
antara satu dan yang lain, tak terkecuali sinden.
Susan Pratt Walton dalam disertasi berjudul Heavenly Nymphs and Earthly Delights: Javanese Female Singers, Their Music and Their Lives (1996) menuliskan, walaupun suara sinden lebih terdengar nyaring ketimbang instrumen gamelan bukan berarti dia menjadi anutan dan dasar acuan. Inilah yang membedakan kedudukan sinden dari vokalis.
Karenanya, dalam hampir keseluruhan sajian, Sejarah Sinden tidak berperan sebagai pemimpin bagi keutuhan ansambel, 
layaknya vokalis pada orkestra musik Barat. Namun kedudukan sinden menjadi begitu istimewa karena boleh dikatakan dia merupakan satu-satunya ’’instrumen’’ yang memberi warna lain dalam pertunjukan karawitan.
’’Sinden Sunda seolah-olah berusaha memberikan sejumlah tawaran alternatif akan pemikiran dan generasi penerus sinden di Jawa barat pada umumnya. Diharapkan kompetisi ini memunculkan, sekaligus mencetak generasi baru sinden. 
Artinya, mengembalikan kodrat sinden dalam takaran penilaian auditif (suara) bukan lagi glamour visual yang selama ini banyak menghiasi wajah pertunjukan wayang kulit mutakhir. cukup sekian yang saya ceritakan tentang sinden 

Terima kasih sudah membaca blog Sejarah Sinden dari kami 

Jenis silat tepak dua

Jenis silat tepak dua
Pencak silat yaitu seni beladiri yang tumbuh dan berkembang di Indonesia,
saat ini Penca silat juga diklaim sebagai beladiri khas Melayu yakni Indonesia Malaysia dan Brunei Darusalam.
Istilah Pencak pada umumnya digunakan oleh masyarakat di Pulau jawa, madura dan Bali. Aliran Pencak Silat yang bersal dari Jawa barat adalah Cimande, Cikalong, sabandar dan sera. Dari aliran tersebut terangkum dalam suatu sistem yang utuh terdiri dari sejarah landasan sosiologis, strategi, taktik dan teknik.
Aliran pencak silat di tatar Sunda terdiri dari :
Aliran Cimande : Pendiri / pencipta dari aliran ini biasa dipanggil Ayah Kahir sering juga dipanggil embah Kaer/ Eyang Khoer. Sekitar tahun 1760 beliau mulai memperkenalkan kepada murid- muridnya oleh karena itu ia dianggap sebagai pendiri penca silat aliran Cimande walaupun pada sejarahnya belum terunggkap secara jelas
Embah Kaer yang menciptakan jurus-jurus tersebut. Menurut catatan sejarah dalam naskah Kidung Sunda disebutkan bahwa pada jaman Kerjaan Padjajaran sudah terdapat 7 Pencak Silat.
Silsilah para tokoh Cimande diantaranya :
 Embah Kahir, Embang Rangga, Embah Ace Naseha, Embah Haji Abdul Shamad , Embah Haji Idris, Embah Hajo Ajid, Embah haji Zarqasih, Haji Niftah , Haji, R. A Sutisna
Pencak silat Aliran Cikalong :
Sejarah perkembangan aliran Cikalong ( Raden Ateng ) adalah salah satu seorang putra Bupati Pencak Silat yang juga pernah menjadi murid Abah Kahir.Pembinaan fisik dan penggunaan rasa ekspresi banyak persamaanya hanya penggunaanya yang berbeda. Pencak silat adalah olah tubuh dari rasa yang digunakan berdiri sedangkan tari sebagai media ekspresi melahirkan gerak yang menggunakan keindahan yang dilahirkan oleh jiwa para seniman . Pencak silat sebagai tari dan sebagai kebutuhan estetika / keindahan seni istilah
pencak silat di tatar Sunda dikenal dengan istilah buah, Eusi dan Kembang / ibing penca .
Contoh ibing pencak yang bersumber dari beladiri Silat cimande adalah tepak dua salancar ( Cimande Tari kolot) Tepak dua sorongdayung, tepak dua buangkelid, tepak dua kampung baru dan tarian bersumber pada Cimande . Cimande biasanya dibawakan dengan irama tepak dua temponya ancak ( lambat)
Tepak tilu Cikalong dan tepak Tilu jalamuka dari aliran tersebut banyak kereografi dari aliran Cimande, Cikalong dan sabandar . Karawitan Penca terdiri dari 2 buah kendang besar dan 2 buah kandang kecil ( kulanter) kendang bertugas mengisi gerak serta mengatur tempo sedangkan terompet sebagai melodi , gong kecil sebagai pengatur irama .

Jenis Irama pada dasarnya ada empat yaitu :
1. Tepak Dua
2. Tepak Tilu
3. Golempang
4. Padungdung
Dalam ibing penca sikap dan gerak dilakukan untuk kenikmatan penari yang bergerak mengikuti irama karawitan dan untuk kenikmatan yang menonton ibing penca.
Di dalam Ibing Penca di Jawa Barat terdapat pola koreografis yang umum, yaitu sebagai berikut:
1)      Bagian pertama: Tepak Dua atau Paleredan, lebih memperlihatkan unsur keindahan.
2)      Bagian kedua: Tepak Tilu atau Golempang, memperlihatkan teknik serang bela yang masih terikat pada ketukan irama.
3)      Bagian ketiga: Padungdung, di sini pesilat berimprovisasi secara bebas sesuai dengan imajinasinya ketika itu.
Berdasarkan koreografi itu, ibing pencak adalah salah satu jenis kesenian yang kaya segi kreatifitasnya karena masing-masing perguruan memiliki gerakan ibing penca yang berbeda walaupun berpatokan pada irama yang sama. Dapat dipahami, ibing penca merupakan tari yang paling populer dan paling banyak penggemarnya di Jawa Barat.

terimakasih sudah baca blog Jenis silat tepak dua saya cukup sekian yang saya bisa ceritakan

Selasa, 21 Maret 2017

Pencak Silat

Pencak silat

Silat pamacan adalah salah satu aliran Pencak silat tertua yang telah melahirkan berbagai perguruan Silat di Indonesia bahkan di luar negeri.  Banyak versi yang menjelaskan tentang berdirinya pencak silatsemua komunitas maenpo ,Cimande ,pamacan ,pakalongan .sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dan sebagainya. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam Bahasa Inggris Great Grandfather)  Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar Maenpo. 

Menurut Bapak Rifai (Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta pada tahun 1993). Pencak Silat Pamacan aliran Cimande pertama kali diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah Kahir. dari jampang adalah babad jampang Mbah Kahir adalah seorang pendekar Pencak Silat yang disegani.

Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira tahun 1760), Mbah Kahir pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus silat. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat Cimande. Pahlawan Betawi yaitu Si Pitung dipercaya juga berasal dari aliran perguruan silat ini. Mbah Khair juga memiliki murid bernama Mbah Datuk dan Mbah Jago dari Sumatera Barat. Kemudian keduanya menyebarkan silat Cimande di tempat mereka berasal,
sehingga bisa dikatakan bahwa Pencak Silat Cimande adalah saudara tua dari pencak silat, termasuk Silek Minang yang berasal dari Sumatera Barat.dan ada lagi pencak silat pamacan yang berasal dari sunda asli Banten dan masih banyak juga yang lainnya cukup segini yang bisa saya jelaskan


PERBEDAAN SILAT PAMACAN DENGAN YANG LAIN
 Silat Pamacan adalah salah satu silat aliran betawi yang berasal dari banten dan dikembangkan di daerah karang tengah lebak, lebak bulus, jakarta selatan. Guru besar silat cimacan adalah Drs. Ahmad Ramli Topan dan sampai sekarang masih terus exis. 
Terimakasih sudah baca blog tentang Pencak silat sekian dan terima kasih dari kami