Selasa, 23 Mei 2017
CERITA WAYANG GOLEK
Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu yang diberi baju dari kain.
Wayang Golek merupakan salah satu hasil karya seni budaya dari Tanah sunda yang sampai saat ini masih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.
Selain menjadi sebuah fenomena unik dalam negeri, kini wayang golek juga banyak diminati oleh wisatawan asing.
Mereka menjadikan kesenian dari Jawa Barat ini sebagai buah tangan dari Indonesia untuk dijadikan hadiah, atau hiasan rumah.
Asal muasal wayagg golek dari dataran tinggi Priangan Jawa Barat pada zaman kerajaan buddha Pajajaran masih menguasai pada abad XV M.,
tatkala itu, Sunan Giri, salah satu dari sembilan Wali Songo yang mendatangi pulau Jawa dari perbagai negeri ufuk timur seperti Persia, Turki, Mesir dan Cina, dipercaya
memperkenalkan seni ini kepada penduduk setempat.
Wayang golek dimainkan oleh seorang dalang.
Dalang adalah seseorang yang memainkan masing-masing sebesar karakter dan cerita pada satu Wayang Golek perlihatkan.
Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan.
Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata
dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro),
yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem,
satu perangkat boning,
satu perangkat boning rincik,
satu perangkat kenong,
sepasang gong (kempul dan goong),
ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter),
gambang dan rebab.
Sejak 1920-an, selama pertunjukan Cerita wayang golek diiringi oleh sinden.
Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri,
terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan.
Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur.
Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik.
Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim,
R.U. Partasuanda,
Abeng Sunarya,
Entah Tirayana,
Apek,
Asep Sunandar Sunarya,
Cecep Supriadi dll.
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut:
1. Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara;
2. Babak unjal, paseban, dan bebegalan;
3. Nagara sejen;
4. Patepah;
5. Perang gagal;
6. Panakawan/goro-goro;
7. Perang kembang;
8. Perang raket; dan
9. Tutug.
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu
membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta),
antara lain:
1. Wunggal (anak tunggal);
2. Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia);
3. Suramba (empat orang putra);
4. Surambi (empat orang putri);
5. Pandawa (lima putra);
6. Pandawi (lima putri);
7. Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri);
8. Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya,
baik kebutuhan spiritual maupun material.
Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan,
baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain
adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.
Terima kasih sudah baca blog saya tentang Cerita wayang golek sekian dari saya semoga bermanfaat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar