Selasa, 23 Mei 2017

Nama tokoh pewayangan cepot

Nama tokoh pewayangan cepot


Nama-nama tokoh pewayangan yaitu:
Anoman
Anoman Perbancana Suta, atau Hanoman, kera berbulu putih putra Batara Guru dari dewi Anjani.
Ia pernah menjabat sebagai senapati kerajaan Mahespati, mengabdi kepada Batara Rama dalam kisah Ramayana.
Ia juga memiliki umur yang sangat panjang, karena mempunyai tugas menyimpan sukma Rahwana di dalam cupunya. Itu menurut Pustaka Rajah Purwa Ramayana, yang berbeda dengan versi Ramayana dari India.
Anoman memiliki beberapa ajian. Aji Pancasona, kekuatan menerima bacokan musuh. Bayu Bajra, pukulan dengan tenaga ratusan kali sehingga bisa menjepit gunung sonara-sonara untuk menjepit tubuh dasamuka. Pancanaka, kuku ibu jarinya yang bisa digunakan sebagai senjata pembunuh yang hebat. Bayu Rota, kekuatan atau kecepatan secepat angin. Sirna Bobot, aji untuk meringankan tubuh saat terbang atau pun loncat.

Arjuna
Arjuna adalah putra Pandu yang ketiga dari ibu Dewi Kunti. Disebut juga panengah Pandawa.
Tinggal di Madukara, bagian dari kerajaan Amarta. tokoh pewayangan
Berparas tampan, banyak disukai wanita.
Memiliki senjata pusaka keris Pancaroba, Ali-ali Ampal dan panah asopati.
Arjuna sangat taat kepada gurunya, yaitu Resi Drona dari kerajaan Astina.
Memilika putra salah satunya adalah Abimanyu.

Aswatama
Aswatama adalah putra Resi Drona (guru Pandawa dan Kurawa). Putra satu-satunya, menjadikan Aswatama sangat disayang oleh ayahnya.

Bambang Kaca
Bambang Kaca adalah putra Gatotkaca.
Setelah masa Bratayuda, Astina kembali dikuasai pihak Pandawa. Parikesit, cucu Arjuna, menjadi raja saat itu. Sedangkan Bambang Kaca menjadi benteng pertahanan negara Astina.
Mengenakan pakaian Kre Antakusuma (milik ayahnya). Suaranya pun mirip sekali dengan ayahnya.

Bambang Sumantri
Bambang Sumantri adalah keponakan Rama Bergawa. Dia mempunyai adik bernama Sokrasana yang buruk rupa.
Dia pernah dihukum oleh Arjuna Sasrabahu karena ingin menikahi calon istri Arjuna Sasrabahu, yaitu diperintah untuk memindahkan Taman Sriwedari ke alun-alun kota. Berkat bantuan adiknya taman itu bisa dipindahkan. Namun karena malu punyak adik buruk rupa akhirnya secara tidak sengaja Sokrasana terbunuh oleh kakaknya sendiri.
Sumantri mati oleh Sokrasana yang menjelma menjadi buaya ketika Sumantri berkelahi dengan Rahwana.

Batara Bayu
Bayu berarti angin. Batara Bayu adalah Dewa yang menguasai angin. Dia tinggal di Kahyangan Pangwalung.  Ayahnya bernama Batara Guru. Ibunya bernama Dewi Uma. Istrinya bernama Dewi Sumi.
Nama lain dari Batara Bayu adalah Batara Pawana Guru, Batara Prabancana, Batara Maruta.
Batara Bayu memiliki beberapa ajian. Salah satunya adalah Aji Bayubajra. Yakni bisa mengeluarkan angin puting beliung untuk menyerang lawannya.
Dia memiliki beberapa murid. Anoman (monyet putih) dan Bima (Pandawa yang ke-2). Mereka memiliki Kuku Pancanaka, yakni senjata pada kuku ibu jarinya. Coba perhatikan pada kuku jempolnya (Batara bayu, Anoman, Bima).

Batara Guru
Batara Guru adalah putra Sanghyang Tunggal.
Merajai 3 alam. Alam Marcapada, alam Madyapada, dan alam Mayapada.

Batara Kresna
Batara Kresna adalah raja kerajaan Dwarawati dan merupakan titisan Dewa Wisnu, ditugaskan untuk menyelesaikan segala macam permasalahan yang terjadi di muka bumi.
Mempunyai senjata Gambar Lopian yang bisa melihat keadaan di seluruh belahan penjuru dunia.

Batara Rama
Batara Rama atau Sri Rama atau Ramawijaya adalah raja dari kerajaan Ayodya. Putra prabu Dasarata.
Beristerikan Dewi Shinta, setelah memenangkan sayembara menarik Busur Pusaka Kerajaan Mantili.
Semasa muda bernama Raden Regawa. Mendapat nama Rama setelah berhasil mengalahkan Rama Bergawa.

Bima
Bima adalah putra Pandu yang kedua dari ibu Dewi Kunti. Menikah dengan Arimbi. Bima adalah ayahanda Gatotkaca.
Memiliki kuku pancanaka.
Ada seekor ular di lehernya. Jika Bima berbohong maka ular tersebut akan menggigit lehernya. Sehingga Bima dikenal dengan karakter yang tidak pernah berbohong.

Cepot
Sastrajingga alias nama tokoh pewayangan Cepot adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan
Semar Badranaya dan Sutiragen
(sebetulnya Cepot lahir dari saung). Wataknya humoris, suka banyol ngabodor, tak peduli kepada siapa pun baik ksatria,
raja maupun para dewa. Kendati begitu lewat humornya dia tetap memberi nasehat petuah dan kritik.
Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh dalang di tengah kisah. Selalu menemani para ksatria, terutama Arjuna, Ksatria Madukara yang jadi majikannya.
Cepot digunakan dalang untuk menyampaikan pesan-pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat, kritik maupun petuah dan sindiran yang tentu saja disampaikan sambil guyon.
Dalam berkelahi atau perang, Sastrajingga biasa ikut dengan bersenjata bedog alias golok.
 Dalam pengembangannya Cepot juga punya senjata panah. Para denawa (raksasa/buta) biasa jadi lawannya.
Sastrajingga merupakan tokoh panakawan putra Semar Badranaya.
Sastra adalah tulisan. Jingga adalah merah. Si Cepot adalah gambaran tokoh wayang yang mempunyai kelakuan buruk ibarat seorang siswa yang mempunyai rapot merah.
Namun demikian ia sangat setia mengikuti Semar kemana saja dia pergi.
Kehadirannya dalam setiap pagelaran wayang golek sangat dinanti-nanti karena kekocakannya.
Asep Sunandar Sunarya menjadikan si Cepot sebagai kokojo / tokoh unggulan pada setiap pagelaran. Bahkan tanda tangan Asep Sunandar ditulis atas nama Cepot.

  Tokoh-tokoh pewayangan

Dawala
Dawala adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Sangat setia menemani kakaknya Cepot kemana pun pergi.

Denawa Acung
Denawa. Biasa disebut bangsa buta. Buta itu adalah tidak melihat. Tetapi bangsa buta atau bangsa denawa bukan berarti bangsa yang tidak bisa melihat oleh matanya sendiri.
Maksudnya adalah buta akan petunjuk-petunjuk agama, atau bisa disebut juga buta hati. Sehingga prilaku bangsa denawa biasanya mencuri, merampok, membunuh, dan prilaku jahat lainnya.
Denawa acung maksudnya wayang dengan karakter bertubuh kecil bersuara kecil. Biasanya dibawakan sebagai karakter yang mudah marah.

Denawa Calangap
Denawa. Biasa disebut bangsa buta. Buta itu adalah tidak melihat. Tetapi bangsa buta atau bangsa denawa bukan berarti bangsa yang tidak bisa melihat oleh matanya sendiri.
Maksudnya adalah buta akan petunjuk-petunjuk agama, atau bisa disebut juga buta hati. Sehingga prilaku bangsa denawa biasanya mencuri, merampok, membunuh, dan prilaku jahat lainnya.
Denawa calangap maksudnya wayang ini mulutnya bisa menganga. Biasanya oleh para dalang digunakan sebagai sebuah karakter yang hanya bisa mengucap vokal “A” saja. Contoh: “saya akan ka jakarta jalan pajajaran lantas tabrakan sama randa.”

Denawa Huntu
Denawa. Biasa disebut bangsa buta. Buta itu adalah tidak melihat. Tetapi bangsa buta atau bangsa denawa bukan berarti bangsa yang tidak bisa melihat oleh matanya sendiri.
Maksudnya adalah buta akan petunjuk-petunjuk agama, atau bisa disebut juga buta hati. Sehingga prilaku bangsa denawa biasanya mencuri, merampok, membunuh, dan prilaku jahat lainnya.
Denawa huntu maksudnya wayang dengan karakter giginya besar. Huntu artinya gigi.

Dewi Drupadi
Dewi Drupadi adalah istri Prabu Yudistira atau Darmakusuma, raja Amarta. Memiliki satu putra bernama Pancawala.
Pada masa Pandawa dihukum selama 12 tahun ditambah satu tahun oleh kurawa diperintahkan untuk menyamar, Dewi Drupadi menyamar menjadi pelayan di kerajaan Wirata bernama Malini. Patih kerajaan Wirata bernama Kicaka menyukai Malini / Dewi Drupadi dan ingin dijadikan istrinya. Tapi Malini mengaku sudah punya suami dari bangsa jin dan meminta Kicaka untuk membunuh jin itu. Kicaka menyanggupi. Durpadi minta tolong kepada Bima untuk membereskan masalahnya. Kicaka mati di tangan Bima yang mengaku suami Malini dari bangsa jin.
Dewi Drupadi dikisahkan dalam cerita “Pandawa Tutas Nyamur”.

Gareng
Gareng adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Gareng biasanya selalu di rumah saja membantu ibu Sutiragen melakukan berbagai pejkerjaan rumah.

Gatot Kaca
Gatotkaca, salah seorang tokoh dari epos Mahabharata. Putra Arya Bima & Arimbi. Bima memberi nama anaknya itu Jabang Tutuka.
Gatotkaca sakti mandraguna dengan segala ilmu dan aji-aji pamungkasnya seperti Brajamusti, Krincing Wesi, Bajingiring, Garuda Ngapak dan sebagainya.
Dipercaya menjadi panglima perang negara Pringgadani. Dikenal dengan julukan otot kawat, tulang baja, daging besi.
Lebih dari itu dia pun memiliki jiwa seni yang tinggi. Dikenal pula sebagai pembuat arca, patung-patung dari batu.
Gatot kaca sendiri memiliki banyak nama pemberian dewa. Namun yang dipakai adalah nama Gatotkaca, nama pemberian dari Batara Guru saat di sawarga maniloka.
Saat umur 3 tahun, Jabang Tutuka diutus Batara Guru untuk melawan Naga Percona. Tapi sayang, Tutuka mati di tangan Naga Percona setelah ia menendang mata Naga Percona hingga buta sebelah matanya.
Untuk itu Batara Guru memerintahkan Batara Narada dan Batara Bayu untuk memasukan jasad Tutuka ke kawah Candradimuka. Tutuka dicetak ulang berganti wujud menjadi Gatotkaca.

Nakula
Nakula adalah putra Pandu yang keempat. Disebut juga Pandawa yang ke-empat. Memiliki saudara kembar yaitu Sadewa.

Sadewa
Sadewa adalah putra Pandu yang kelima. Disebut juga Pandawa yang kelima. Memiliki saudara kembar yaitu Nakula.

Yudhistira
Yudistira adalah putra Pandu yang pertama dari ibu Dewi Kunti.
Ia adalah raja Amarta.
Ialah yang memegang pusaka sakti Layang Jamus Kalimusada.

Semar Badranaya
Semar Badranaya adalah penjelmaan dewa, yakni Batara Ismaya. Istrinya bernama Sutiragen putra Raja dari kerajaan Sekarnumbe. Anaknya bernama Cepot, Dewala dan Gareng.
Di Sawarga Maniloka dia mempunyai anak yaitu Batara Surya (dewa matahari).
Ia adalah tokoh wayang yang paling sakti dari semua tokoh wayang.
Semar berkulit hitam, (seperti buah manggis / manggu yang telah hitam berarti telah matang) melambangkan telah dewasa atau matang baik dalam mental dan pemikiran.
Berwajah putih. Wajah adalah cerminan dari hati. Semar berhati putih, suci, bersih.
Berkantong kosong. Semar kosong atau bersih dari sifat sirik pidik jail kaniaya
iren panastren dudumpak rurumpak ngupat sumuat ujug riya takabur nyaci maki siksik belik teu kaopan teu payaan bedegong buntangul buraong kedul dan lain sebagainya.
Intinya kosong dari sifat-sifat buruk manusia.
Mempunyai bentuk unik. Disebut pria tapi berbuah dada dan berbokong besar. Disebut wanita tapi berjakun.
Disebut masih anak-anak atau muda tetapi berkulit keriput. Disebut berdiri tapi duduk disebut duduk tetapi terlihat berdiri.
Disebut sudah tua tetapi berkuncung di kepalanya. Bermakna setiap manusia baik pria, wanita, orang tua atau anak-anak muda seharusnya berhati bersih, suci seperti putihnya wajah semar.
Prabu Rahwana
Prabu Rahwana, atau Prabu Dasamuka, adalah raja dari Kerajaan Alengkadirja. Sebuah kerajaan dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Prabu Rahwana adalah raja sakti mandraguna. Ia yang membuat gugur Bambang Sumantri, patih kerajaan Mayespati yang dirajai Prabu Arjuna Sastrabahu.
Ia memiliki beberapa ajian. Aji Pancasona, pukulan yang sangat keras. Aji Rawarontek, manakala salah satu organ tubuhnya terputus
kemudian jatuh ke tanah maka saat itu juga organ tubuhnya tersebut tersambung kembali dengan tubuhnya seperti sedia kala. Aji Dasamuka, memiliki 10 nyawa.
Rahwana binasa oleh Batara Rama, dikarenakan menculik Dewi Sinta (istri Batara Rama). Ia dijepit oleh dua gunung kembar yang mana merupakan perwujudan dari dua orang kembar anaknya,
yakni Sonara Sonari. Kemudian sukmanya ditunggui oleh Anoman, monyet putih.

terima kasih sudah baca blog kami nama tokoh pewayangan cepot semoga bermanfaat untuk semua pembaca bloger

CERITA WAYANG GOLEK

CERITA WAYANG GOLEK




Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu yang diberi baju dari kain.

Wayang Golek merupakan salah satu hasil karya seni budaya dari Tanah sunda yang sampai saat ini masih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.
Selain menjadi sebuah fenomena unik dalam negeri, kini wayang golek juga banyak diminati oleh wisatawan asing.
Mereka menjadikan kesenian dari Jawa Barat ini sebagai buah tangan dari Indonesia untuk dijadikan hadiah, atau hiasan rumah.

Asal muasal wayagg golek dari dataran tinggi Priangan Jawa Barat pada zaman kerajaan buddha Pajajaran masih menguasai pada abad XV M.,
tatkala itu, Sunan Giri, salah satu dari sembilan Wali Songo yang mendatangi pulau Jawa dari perbagai negeri ufuk timur seperti Persia, Turki, Mesir dan Cina, dipercaya
memperkenalkan seni ini kepada penduduk setempat.

Wayang golek dimainkan oleh seorang dalang.
 Dalang adalah seseorang yang memainkan masing-masing sebesar karakter dan cerita pada satu Wayang Golek perlihatkan.

Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan.
 Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata
 dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro),
 yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem,
 satu perangkat boning,
 satu perangkat boning rincik,
 satu perangkat kenong,
 sepasang gong (kempul dan goong),
 ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter),
 gambang dan rebab.

Sejak 1920-an, selama pertunjukan Cerita wayang golek diiringi oleh sinden.
Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri,
terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.

Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan.
Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur.
Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik.
Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim,
R.U. Partasuanda,
Abeng Sunarya,
Entah Tirayana,
 Apek,
 Asep Sunandar Sunarya,
 Cecep Supriadi dll.

Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut:
1. Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara;
2. Babak unjal, paseban, dan bebegalan;
3. Nagara sejen;
4. Patepah;
5. Perang gagal;
6. Panakawan/goro-goro;
7. Perang kembang;
8. Perang raket;  dan
9. Tutug.

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu
membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta),
 antara lain:
 1. Wunggal (anak tunggal);
 2. Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia);
 3. Suramba (empat orang putra);
 4. Surambi (empat orang putri);
 5. Pandawa (lima putra);
 6. Pandawi (lima putri);
 7. Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri);
 8. Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.

Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya,
baik kebutuhan spiritual maupun material.
Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan,
baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain
adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.

Terima kasih sudah baca blog saya tentang Cerita wayang golek sekian dari saya semoga bermanfaat

Kamis, 23 Maret 2017

Tembang Sunda Cianjuran

 Tembang Sunda Cianjuran

Musik Cinajuran ada lah musik seniman yang secara musikalitas terdiri atas perpaduan dua bentuk unsur seni, yakni sekar (vokal) dan gending (instrumental). 
Tak heran, jika tembang Sunda Cianjuran diklasifikasikan ke dalam bentuk sajian sekar gending.[1] Sekar dibangun suara penembang, dan gending dibangun bunyi tabuhan kacapi indung, suling, rincik, dan atau rebab, sehingga menjadi satu kesatuan utuh yang saling melengkapi ketika sajian tembang Sunda Musik Cianjuran berlangsung.
Tembang Sunda Cianjuran ini di tempat kelahirannya, yaitu di Cianjur,
pada mulanya dikenal dengan sebutan Tembang Pajajaran (Su’eb, 1997:28).
Penamaan ini terjadi ketika R.A.A. Kusumaningrat menjadi bupati Cianjur (1834-1864). Beliau berserta nayaga lebet menciptakan lagu-lagu yang diolah dari seni pantun menjadi dua kelompok lagu yang kini dikenal sebagai wanda papantunan dan jejemplangan (Nugraha, 2010:107-109).
Teks lagu-lagu yang dibawakan sama dengan teks cerita pantun, bertemakan seputar kerajaan Pajajaran.
Tak heran jika kesenian yang baru muncul tersebut dikenal dengan sebutan Tembang Pajajaran,
karena seluruh teks lagu menceritakan tokoh, situasi, dan kondisi di zaman kerajaan Pajajaran.
Penyebutan seni Tembang Pajajaran berganti menjadi seni mamaos setelah Bupati Prawiradiredja II (1864-1910) menggantikan ayahnya menjadi Bupati Cianjur (Wiratmadja, 1996:125).
Pada masa itu, repertoar lagu Tembang Pajajaran semakin kaya dengan lahirnya lagu-lagu yang diolah dari seni degung (wanda dedegungan), tembang rancag (wanda rarancagan),
 dan kakawen wayang golek (wanda kakawen).

INI ADALAH CONTOH TEMBANG SUNDA CIANJURAN
       Yang sangat membuat kita Rilek selamat mendengar dan


                                                                   



Teks yang dibawakan tidak lagi menceritakan kerajaan Pajajaran, bertambah dengan tema percintaan,
hubungan dengan Tuhan, alam, dan lingkungan. Pemilihan istilah mamaos di masa itu,
dipandang mewakili tema kelompok lagu yang ada. Secara etimologi mamaos berasal dari  kata maos, atau kata lain dari maca (membaca). Kata maca (membaca) menjadi maos mengandung arti bahwa banyak yang harus dibaca, Dan tidak hanya membaca tulisan saja (Natamihardja, 2009:56).
Dengan begitu, pemilihan nama mamaos untuk mengganti nama Tembang Pajajaran didasari pemahaman dan kenyataan yang terjadi pada perkembangan seni Tembang Pajajaran, di mana lirik yang dibawakan tidak lagi berorientasi ‘membaca’ ke masa silam (mamaos ka tukang ka jaman Pajajaran),
tetapi juga membaca ‘mamaos’ ka diri sorangan (membaca diri sendiri), mamaos ka satungkebing alam (membaca alam), mamaos jeung Gusti Allah (hubungan dengan sang pencipta), dan ‘membaca’ sesama manusia (Hablumminannas).[2]
Sampai saat ini, penyebutan mamaos terhadap kesenian ini masih kental  di kalangan seniman Cianjur. Walaupun masyarakat pada umumnya lebih mengenal kesenian ini dengan sebutan tembang Sunda Cianjuran. Istilah Tembang Cianjuran mulai digunakan setelah diadakannya Seminar Tembang Sunda pada tahun 1976 yang diikuti oleh para tokoh, baik dari kalangan seniman, budayawan, maupun masyarakat. Secara harfiah tembang Sunda Cianjuran dapat diartikan sebagai ”seni tembang gaya Cianjur”.
Walaupun istilah tembang Sunda Cianjuran sudah cukup memasyarakat,
tetapi tidak sedikit para seniman tembang Sunda Cianjuran yang menyebut kesenian ini dengan istilah Tembang Sunda Cianjur

Terima kasih sudah membaca Blogger saya tentang Tembang Sunda Cinajuran dari saya

Rabu, 22 Maret 2017

Sejarah Kidung Sunda

Sejarah Kidung Sunda
Dalam kitab Kidung Sunda juga dijelaskan ada utusan dari Majapahit ke kerajaan Sunda Galuh, yang diceritakan dan diterangkan membawa maksud dari raja Hayam Wuruk untuk melamar puteri kerajaan. Analisa yang mungkin untuk kejadian atau saat peristiwa datangnya utusan dari Majapahit, adalah bahwa utusan kerajaan
Majapahit itu sebenarnya utusan kerajaan untuk meminta raja Sunda Galuh untuk tunduk dan takluk dibawah kerajaan Majapahit, pola utusan-utusan seperti itu hal biasa kalau salah satu kerajaan punya keinginan untuk menaklukan kerajaan yang lainnya,
semacam peringatan tidak menyerang tiba-tiba tanpa alasan. Pada akhirnya kalau diterima berarti kedua belah pihak berdamai dengan syarat-syarat ditentukan bersama, kalau sebaliknya kedua belah pihak harus sudah mempersiapkan diri untuk memulai peperangan.

Seandainya perang itu sudah diniatkan oleh Raja Sunda Galuh, pertanyaannya adalah mengapa pramesuri dan putri keraton ikut serta.
Hal ini mudah dijawab, karena asumsinya perjalanan panjang, sebuah rencana operasi militer dari tanah sunda Kidung Sunda ke Majapahit setidaknya memerlukan waktu yang lama. Pastinya ada kapal-kapal utama yang nyaman untuk mereka,
dikapal-kapal besar sudah tentunya bisa untuk anggota keluarga kerajaan melakukan kegiatan yang tidak terganggu oleh kondisi perjalan perang dari prajurit-prajuritnya yang lain, bisa dibuat senyaman mungkin.

Keikutsertaan mereka dalam perjalanan pertempuran adalah hal biasa, seperti halnya pasukan Mongol yang melakukan perjalanan panjang (long march) ke negara lain, mereka sering membawa serta keluarganya, sekaligus mereka bisa dimanfaatkan dalam persiapan upacara keagamaan sebelum memulai peperangan dan lain sebagainya. Dalam waktu-waktu tertentu bisa jadi untuk motifator bagi pasukan dan sang raja, menambah semangat tempur prajuritnya.

Jumlah sekitar 2000 buah kapal adalah kemegahan yang sangat luar bisa, masuk akal bagi kerajaan Sunda Galuh.
 yang hidup makmur dan besar secara luas wilayah kekuasaannya, ingin menunjukan superioritas perekonomian dan kemampuan dana mereka. Pasukan besar yang dipimpin raja Sunda Galuh itu merupakan hal wajar, gabungan dari koloninya, daerah-daerah kerajaan bawahan kekuasan kerajaan Sunda Galuh pada waktu itu. Jumlah itu merupakan jumlah pasukan tentara gabungan dan pasti ada keyakinan dari mereka dapat mengalahkan pasukan tentara kerajaan Majapahit yang kemungkinan sebagian besar pasukanya masih melakukan ekspedisi atau invasi keluar wilayah ke negara atau kerajaan lainya.sekian dari saya tentang sejarah

Terima kasih sudah membaca Blog saya tentang Sejarah Kidung Sunda dasi saya....

Sejarah Sinden

Sejarah Sinden  

Sejarah Sinden adalah sebutan bagi para wanita bernyanyi lagu sunda .Dari kacamata seni, sinden bukanlah vokalis, yakni orang yang bernyanyi, diiringi instrumen musik sunda Vokalis juga menjadi pusat perhatian karena tema dan pesan utama tertampung dalam balutan lirik-lirik lagu yang dia bawakan. Dengan demikian, vokalis menjadi acuan dalam sebuah pertunjukan musik.
Adapun sinden (kebanyakan wanita) mempunyai kedudukan setara instrumen (dalam konteks ini gamelan), tidak mencoba diiringi ataupun mengiringi. Dari kacamata musik, sinden dianggap sebagai satu kesatuan instrumen gamelan. Agar terwujud rasa ideal gending maka semua instrumen harus bersinergi, 
antara satu dan yang lain, tak terkecuali sinden.
Susan Pratt Walton dalam disertasi berjudul Heavenly Nymphs and Earthly Delights: Javanese Female Singers, Their Music and Their Lives (1996) menuliskan, walaupun suara sinden lebih terdengar nyaring ketimbang instrumen gamelan bukan berarti dia menjadi anutan dan dasar acuan. Inilah yang membedakan kedudukan sinden dari vokalis.
Karenanya, dalam hampir keseluruhan sajian, Sejarah Sinden tidak berperan sebagai pemimpin bagi keutuhan ansambel, 
layaknya vokalis pada orkestra musik Barat. Namun kedudukan sinden menjadi begitu istimewa karena boleh dikatakan dia merupakan satu-satunya ’’instrumen’’ yang memberi warna lain dalam pertunjukan karawitan.
’’Sinden Sunda seolah-olah berusaha memberikan sejumlah tawaran alternatif akan pemikiran dan generasi penerus sinden di Jawa barat pada umumnya. Diharapkan kompetisi ini memunculkan, sekaligus mencetak generasi baru sinden. 
Artinya, mengembalikan kodrat sinden dalam takaran penilaian auditif (suara) bukan lagi glamour visual yang selama ini banyak menghiasi wajah pertunjukan wayang kulit mutakhir. cukup sekian yang saya ceritakan tentang sinden 

Terima kasih sudah membaca blog Sejarah Sinden dari kami 

Jenis silat tepak dua

Jenis silat tepak dua
Pencak silat yaitu seni beladiri yang tumbuh dan berkembang di Indonesia,
saat ini Penca silat juga diklaim sebagai beladiri khas Melayu yakni Indonesia Malaysia dan Brunei Darusalam.
Istilah Pencak pada umumnya digunakan oleh masyarakat di Pulau jawa, madura dan Bali. Aliran Pencak Silat yang bersal dari Jawa barat adalah Cimande, Cikalong, sabandar dan sera. Dari aliran tersebut terangkum dalam suatu sistem yang utuh terdiri dari sejarah landasan sosiologis, strategi, taktik dan teknik.
Aliran pencak silat di tatar Sunda terdiri dari :
Aliran Cimande : Pendiri / pencipta dari aliran ini biasa dipanggil Ayah Kahir sering juga dipanggil embah Kaer/ Eyang Khoer. Sekitar tahun 1760 beliau mulai memperkenalkan kepada murid- muridnya oleh karena itu ia dianggap sebagai pendiri penca silat aliran Cimande walaupun pada sejarahnya belum terunggkap secara jelas
Embah Kaer yang menciptakan jurus-jurus tersebut. Menurut catatan sejarah dalam naskah Kidung Sunda disebutkan bahwa pada jaman Kerjaan Padjajaran sudah terdapat 7 Pencak Silat.
Silsilah para tokoh Cimande diantaranya :
 Embah Kahir, Embang Rangga, Embah Ace Naseha, Embah Haji Abdul Shamad , Embah Haji Idris, Embah Hajo Ajid, Embah haji Zarqasih, Haji Niftah , Haji, R. A Sutisna
Pencak silat Aliran Cikalong :
Sejarah perkembangan aliran Cikalong ( Raden Ateng ) adalah salah satu seorang putra Bupati Pencak Silat yang juga pernah menjadi murid Abah Kahir.Pembinaan fisik dan penggunaan rasa ekspresi banyak persamaanya hanya penggunaanya yang berbeda. Pencak silat adalah olah tubuh dari rasa yang digunakan berdiri sedangkan tari sebagai media ekspresi melahirkan gerak yang menggunakan keindahan yang dilahirkan oleh jiwa para seniman . Pencak silat sebagai tari dan sebagai kebutuhan estetika / keindahan seni istilah
pencak silat di tatar Sunda dikenal dengan istilah buah, Eusi dan Kembang / ibing penca .
Contoh ibing pencak yang bersumber dari beladiri Silat cimande adalah tepak dua salancar ( Cimande Tari kolot) Tepak dua sorongdayung, tepak dua buangkelid, tepak dua kampung baru dan tarian bersumber pada Cimande . Cimande biasanya dibawakan dengan irama tepak dua temponya ancak ( lambat)
Tepak tilu Cikalong dan tepak Tilu jalamuka dari aliran tersebut banyak kereografi dari aliran Cimande, Cikalong dan sabandar . Karawitan Penca terdiri dari 2 buah kendang besar dan 2 buah kandang kecil ( kulanter) kendang bertugas mengisi gerak serta mengatur tempo sedangkan terompet sebagai melodi , gong kecil sebagai pengatur irama .

Jenis Irama pada dasarnya ada empat yaitu :
1. Tepak Dua
2. Tepak Tilu
3. Golempang
4. Padungdung
Dalam ibing penca sikap dan gerak dilakukan untuk kenikmatan penari yang bergerak mengikuti irama karawitan dan untuk kenikmatan yang menonton ibing penca.
Di dalam Ibing Penca di Jawa Barat terdapat pola koreografis yang umum, yaitu sebagai berikut:
1)      Bagian pertama: Tepak Dua atau Paleredan, lebih memperlihatkan unsur keindahan.
2)      Bagian kedua: Tepak Tilu atau Golempang, memperlihatkan teknik serang bela yang masih terikat pada ketukan irama.
3)      Bagian ketiga: Padungdung, di sini pesilat berimprovisasi secara bebas sesuai dengan imajinasinya ketika itu.
Berdasarkan koreografi itu, ibing pencak adalah salah satu jenis kesenian yang kaya segi kreatifitasnya karena masing-masing perguruan memiliki gerakan ibing penca yang berbeda walaupun berpatokan pada irama yang sama. Dapat dipahami, ibing penca merupakan tari yang paling populer dan paling banyak penggemarnya di Jawa Barat.

terimakasih sudah baca blog Jenis silat tepak dua saya cukup sekian yang saya bisa ceritakan

Selasa, 21 Maret 2017

Pencak Silat

Pencak silat

Silat pamacan adalah salah satu aliran Pencak silat tertua yang telah melahirkan berbagai perguruan Silat di Indonesia bahkan di luar negeri.  Banyak versi yang menjelaskan tentang berdirinya pencak silatsemua komunitas maenpo ,Cimande ,pamacan ,pakalongan .sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dan sebagainya. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam Bahasa Inggris Great Grandfather)  Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar Maenpo. 

Menurut Bapak Rifai (Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta pada tahun 1993). Pencak Silat Pamacan aliran Cimande pertama kali diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah Kahir. dari jampang adalah babad jampang Mbah Kahir adalah seorang pendekar Pencak Silat yang disegani.

Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira tahun 1760), Mbah Kahir pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus silat. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat Cimande. Pahlawan Betawi yaitu Si Pitung dipercaya juga berasal dari aliran perguruan silat ini. Mbah Khair juga memiliki murid bernama Mbah Datuk dan Mbah Jago dari Sumatera Barat. Kemudian keduanya menyebarkan silat Cimande di tempat mereka berasal,
sehingga bisa dikatakan bahwa Pencak Silat Cimande adalah saudara tua dari pencak silat, termasuk Silek Minang yang berasal dari Sumatera Barat.dan ada lagi pencak silat pamacan yang berasal dari sunda asli Banten dan masih banyak juga yang lainnya cukup segini yang bisa saya jelaskan


PERBEDAAN SILAT PAMACAN DENGAN YANG LAIN
 Silat Pamacan adalah salah satu silat aliran betawi yang berasal dari banten dan dikembangkan di daerah karang tengah lebak, lebak bulus, jakarta selatan. Guru besar silat cimacan adalah Drs. Ahmad Ramli Topan dan sampai sekarang masih terus exis. 
Terimakasih sudah baca blog tentang Pencak silat sekian dan terima kasih dari kami